Seperti halnya jantung manusia, pelabuhan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Peran utamanya adalah mendistribusikan barang seperti memompa darah ke seluruh tubuh manusia.
Bila jantung ini bermasalah, dampaknya akan sangat luas. Misalnya, harga menjadi tinggi, industri terganggu, dan akhirnya daya saing Indonesia pun melemah.
Pelaku usaha punya kenangan buruk dengan berbagai permasalahan pelabuhan di masa lalu. Misalnya, masalah pungli alias pungutan liar yang dulunya menjadi momok menakutkan bagi banyak pihak.
“Dulu kan parah banget, kayak kebiasaan kalau ada bongkar muat, jadi ada yang diutamakan, karena ada pungli. Nah, sekarang dengan digital, semua sudah tidak seperti itu,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan kepada detikcom yang ditulis Selasa (19/9/2023).
Adanya pungli ini jelas menjadi masalah serius di pelabuhan. Hal ini membuat pengiriman barang menjadi terlambat karena pungli menentukan lamanya waktu pengiriman. Di sisi lain, adanya pungli juga membebani biaya logistik.
Pengelola pelabuhan juga terus berbenah untuk mengatasi berbagai permasalahan, salah satunya dilakukan melalui digitalisasi. “Sekarang dengan digital hal itu tidak terjadi, kalau sudah digital, ya diatur oleh sistem,” ujarnya.
Penggabungan PT Pelindo (Persero) membawa angin segar bagi para pelaku usaha. Menurutnya, penggabungan ini juga berarti penggabungan sistem. Apalagi, katanya, saat ini sudah ada Single Truck Identification Data (TID), yakni sistem pencatatan data elektronik untuk setiap truk yang beroperasi yang kini ada di Pelabuhan Tanjung Priok. Sistem ini untuk mendukung Truck Booking System dan Terminal Operating System.
“Artinya sistem terbaik di satu tempat akan digunakan seluruhnya. Seperti di Tanjung Priok sudah ada yang namanya TID, ini sistem yang bagus untuk pengusaha truk supaya truk masuk ke pelabuhan, khususnya di pintu gerbang ini diterapkan di seluruh Indonesia, makanya ada sistem TID secara nasional,” terangnya.
Para pengusaha di sektor pelayaran pun berharap langkah pemerintah menggabungkan Pelindo dapat menekan biaya logistik. Ketua Umum Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA) Carmelita Hartoto menjelaskan, jika berbicara logistik, maka harus komprehensif. Sebab, logistik di Indonesia melibatkan multimoda.
Ruang lingkup logistik ini dimulai dari pabrik, pengiriman, pelabuhan, lalu naik kapal. Proses yang sama terjadi saat kapal tiba di pelabuhan tujuan hingga barang akhirnya sampai ke tangan pengguna akhir.
“Masing-masing pos ada biayanya, mulai dari biaya produksi, pergudangan, truk, depo, forwarding, stuffing, pelabuhan, pengiriman, biaya inventori di pergudangan, dan biaya administrasi,” ungkapnya kepada detikcom.
Selain biaya, tantangan lainnya adalah pembangunan yang tidak merata antardaerah. Ia pun mencontohkan, ketika kapal dari Jawa ke Papua membawa muatan penuh, namun tidak demikian saat kapal kembali. Hal ini membuat biaya logistik di Indonesia menjadi tidak efisien.
Foto Terminal Peti Kemas: dok. Terminal Peti Kemas Pelindo
Carmelita berharap penggabungan Pelindo akan memberikan kontribusi pada biaya logistik yang semakin efisien. Sebab, penggabungan ini diharapkan memiliki standar yang sama untuk layanan antarpelabuhan.
“Kami berharap dengan penggabungan Pelindo ini, pelayanan antarpelabuhan di berbagai daerah akan sama baiknya. Saat ini masing-masing daerah masih bergantung pada SLA atau service level agreement yang disepakati antara penyedia jasa dan pengguna jasa. Kami juga berharap biaya pelabuhan akan lebih efisien,” ujarnya.
Tanggal 1 Oktober 2021 menjadi momen bersejarah bagi sektor pelabuhan Indonesia. Tepat pada tanggal tersebut, Pelindo resmi melakukan merger. Merger BUMN ini diharapkan menjadi salah satu obat mujarab bagi permasalahan logistik di tanah air.
“Biaya logistik kita masih jauh lebih mahal dibanding banyak negara di dunia, 24%. Rata-rata biaya logistik dunia itu 11%,” kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam catatan detikcom, 1 Oktober 2021.
Saat itu, Erick Thohir berharap ke depannya Pelindo mampu menekan biaya logistik dengan segala infrastruktur yang dimilikinya. “Kami berharap dengan bergabungnya Pelindo, sebagai negara dengan wilayah maritim yang besar, kami juga akan menyeimbangkan kembali pasar kami dengan infrastruktur yang dimiliki Pelindo dan kami akan terus berupaya menekan biaya logistik,” terangnya.
Butuh waktu lama untuk menggabungkan BUMN pelabuhan ini. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui butuh waktu 7 tahun bagi Pelindo untuk bisa bersatu. Hal itu disampaikan Jokowi dalam acara seremoni penggabungan Pelindo di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Tujuh tahun lalu saya perintahkan kepada Menteri BUMN, seluruh Direktur Utama Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, Pelindo IV untuk segera holding Pelindo I.
indo ini. Saya sudah menunggu selama 7 tahun tetapi tidak terjadi apa-apa,” katanya.
Mantan Wali Kota Solo itu kemudian berharap Pelindo dapat membuat biaya logistik Indonesia menjadi kompetitif dengan negara lain, sehingga daya saing Indonesia akan meningkat. Ia juga berpesan agar Pelindo mencari mitra yang memiliki jaringan yang luas. Dengan demikian, Indonesia dapat terhubung dengan baik dengan negara lain.
“Apa maksudnya? Produk kita, barang kita bisa jalan ke mana-mana, masuk ke global supply chain, tujuannya ke sana jadi sekali lagi saya sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh BUMN, oleh Menteri BUMN beserta jajarannya, ini yang nanti akan menjadi kekuatan besar,” paparnya.
Kinerja Positif Pelindo
Penggabungan Pelindo melalui konsolidasi dan optimalisasi keuangan, operasional, dan sumber daya manusia menjadikan perusahaan semakin kuat dan terintegrasi. Hal ini tercermin dari kinerja perusahaan yang semakin positif. Pada tahun 2022, Pelindo membukukan laba bersih sebesar Rp3,9 triliun. Laba ini tumbuh 23% dibandingkan tahun sebelumnya.
“Penggabungan Pelindo telah menciptakan sinergi antar-entitas dalam Pelindo Group sehingga pengelolaan pelabuhan dapat dilakukan secara terpusat dan lebih optimal. Hal ini dipadukan dengan kinerja yang solid, menjadikan Pelindo berhasil mencatatkan peningkatan kinerja pada tahun 2022,” kata Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono dalam keterangannya.
Kontribusi Pelindo terhadap negara pun meningkat 54% dari tahun 2021 sebesar Rp4,7 triliun menjadi Rp7,2 triliun pada tahun 2022. Kontribusi tersebut melalui pembayaran dividen, PNBP, konsesi, PPh, PPN, dan PBB.
Kinerja keuangan yang mengalami pertumbuhan tersebut ditopang oleh kinerja operasional yang menunjukkan perbaikan. Arus peti kemas pada tahun 2022 tercatat sebesar 17,2 juta TEUs atau tumbuh 1% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Kemudian, arus barang tercatat sebesar 160 juta ton atau tumbuh 9% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, arus kapal yang masuk dan keluar pelabuhan mencapai 1,2 miliar GT atau tumbuh 1% dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, arus penumpang mencapai 15 juta orang atau tumbuh 86% dibanding tahun sebelumnya.
Manajemen terpusat menjadi kunci utama untuk meningkatkan kinerja operasional. Hal ini memungkinkan Pelindo memiliki kontrol yang lebih baik, sehingga memudahkan transformasi layanan secara menyeluruh, seperti terciptanya standarisasi sistem layanan operasional pelabuhan yang sebelumnya berbeda.
Sebagai ilustrasi, peningkatan kinerja bongkar muat peti kemas diukur berdasarkan parameter peti kemas per kapal per jam (BSH) dan pengurangan waktu tinggal di pelabuhan atau waktu kapal berlabuh di pelabuhan.
“Bagi Pelindo, waktu sandar dan bongkar muat yang lebih singkat membuat biaya operasional lebih efisien dan diharapkan trafik kapal dapat meningkat. Bagi pelanggan, baik perusahaan pelayaran maupun pemilik kargo juga dapat menikmati manfaat efisiensi biaya dan peluang bisnis yang lebih besar,” kata Arif.
Arif mencontohkan, di Terminal Petikemas (TPK) Belawan dan TPK Makassar, jumlah bongkar muat kini meningkat dari 20 boks per kapal per jam menjadi 34-45 boks, bahkan mencapai 60 boks saat optimal. Kecepatan bongkar muat juga dapat memangkas waktu sandar kapal hingga setengahnya. Peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Ambon dan Sorong.
“Ke depannya, seluruh layanan terminal peti kemas kita akan memiliki standar pelayanan yang sama sesuai dengan kelasnya masing-masing, hal ini tentu akan memudahkan dalam hal kontrol dan monitoring baik bagi kami sebagai operator maupun bagi pengguna layanan kami,” imbuh Arif.
Pelindo juga telah meluncurkan sistem operasi pelabuhan peti kemas terpadu yang disebut Terminal Operating System (TOS) Nusantara. Sistem ini digunakan untuk merancang, mengendalikan, memantau, dan melaporkan semua aktivitas pelabuhan seperti bongkar muat, penumpukan, relokasi, dan pengaturan pintu gerbang (gate in-gate out). Sistem ini secara bertahap akan dioperasikan di berbagai terminal di Indonesia.
Foto Pelindo: Dok. Pelindo
Kinerja pelabuhan Indonesia tercatat dalam data United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang dirilis September 2022. Indonesia masuk dalam 20 besar kinerja pelabuhan.
Indonesia masuk dalam daftar tersebut berdasarkan data rata-rata pergerakan kapal peti kemas 1.000 GT ke atas pada semester I 2022. Indonesia berada pada peringkat ke-12 di atas Italia, Prancis, Yunani, Jerman, Amerika Serikat (AS), Rusia, Australia, dan Kanada. Rata-rata pergerakan di Indonesia mencapai 24,9 jam di pelabuhan.
Ketua Forum Angkutan Laut MTI, Hafida Fahmiasari, mengatakan digitalisasi dapat memberantas pungli di pelabuhan. Ia mengatakan di Jayapura, penggunaan Sistem Penagihan Terpadu (SPT) dapat mengurangi berbagai bentuk pungli karena adanya transparansi dalam pembayaran jasa kepelabuhanan.
Menurutnya, untuk meningkatkan kualitas pelayanan di pelabuhan, diperlukan standarisasi operasional dan kualitas pelayanan.
emi mengurangi waktu singgah kargo di pelabuhan. “Ini bisa mengurangi kepadatan yang terjadi di pintu masuk truk dan juga arus kapal di dermaga, sehingga secara total akan menekan biaya logistik alias menjadi lebih murah,” terangnya.
Selain itu, setelah penggabungan selama dua tahun, perlu juga dilakukan evaluasi terhadap perubahan apa saja yang terjadi di Pelindo. Sehingga harapannya dari sisi internal dapat mengakselerasi hal-hal positif yang dilakukan seperti peningkatan efisiensi bongkar muat, pengurangan waktu tunggu di pelabuhan dan dapat diaplikasikan di seluruh cabang.
“Juga dengan memperkuat penggabungan pelabuhan di seluruh Indonesia, Pelindo diharapkan mampu memberikan lebih dari apa yang telah dicapai selama ini,” terangnya.
sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6939490/satu-pelabuhan-demi-ongkos-logistik-yang-murah.